Kitab Qotrul Goes (Bagian 13)

Permasalahan : ketika engkau ditanya “Apakah iman itu menggunakan sifat suci atau tidak ? maka jawabnya adalah iman adalah iman itu menggunakan sifat suci sebab iman semua amal bisa sah dan kufur mempunyai sifat tidak suci (hadast) atau najis sebagaimana firman Alloh Swt Artinya : orang musyrik itu najis dalam arti najis itikadnya bukan badannya sebab kufur semua amal yang dilakukan dengan anggaota badannya menjadi rusak atau tidak sah tetapi bila masuk Islam orang kafir akan diganjar terhadap apa yang telah dilakukan yang termasuk ibadah yang tidak membutuhkan kepada niat seperti sedekah shilaturrohim, memerdekakan budak sehingga ibadah tersebut dihukumi sah sejak masuk islam sebagaimana yang dinukil dari syaikh nawawi dan syaik wana’i sedangkan dalil dari jawaban tersebut adalah firman Alloh Swt artinya : barang siapa yang kufur iman maka sungguh hapus amalnya dan di akhirat golongan orang yang merugi.
Maksudnya barang siapa yang murtad dari imannya maka amal sholih yang pernah dilakukan sebelum murtad semua rusak tidak diperhitungkan dalam arti tidak mendapat ganjaran meskipun kembali kepada Islam lagi dan orang tersebut diakhirat termasuk orang yang merugi jika mati masih dalam keadaan kufur, makna dari ayat tersebut adalah barang siapa yang kufur terhadap kalimat tauhid yakni Asyhadu Anlaa ilaa ha illalloh amal yang sholih yang akan rusak jika masuk islam kembali sebelum mati pahalannya amal rusak bukan bentuk amalnya jadi tidak wajib mengulang semisal hajinya yang pernah dilakukan ataupun sholatnya yang dilakukan sebelum murtad. Permasalahan : jika engkau ditannya apakah iman itu makhluk atau bukan maka jawabannya adalah iman itu adalah hidayah dari Alloh Swt dan membenarkan apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dari Alloh Swt dan mengakui dengan dua kalimat syahadat dengan lisannya hidayah itu perbuatan Alloh Swt dan perbuatan Alloh Swt bersifat qodim (terdahulu) sementara tashdiq dan ikrar keduanya adalah perbuatan makhluk dan perbuatan makhluk adalah hadist (baru) artinya ada setelah tidah ada semua perkara dari dzat yang qodim berarti qodim (bukan makhluq) dan sesuatu yang datang dari yang baru (hadist) maka bersifat baru pula. Berkata syaikh Abu Ma’in An-Nasafiyyi iman tidak boleh dikatakan sebagai makhluk ataupun bukan makhluq tetapi bisa diucapkan iman dari makhluk adalah ikrar dengan lisannya dan membenarkan dengan hatinya dan muncul hidayah serta taufiq itu datang dari Alloh Swt. Sebagian ulama mengatakan iman itu tidak boleh dianggap sebagai nama dari hidayah ataupun taufiq Alloh Swt meskipun iman itu tidak ditemukan tanpa adanya hidayah dan taufiq karena makhluk itu diperintahkan untuk iman perintah itu bisa ditemukan hanya pada perkara yang ada pada lingkup kekuasaan makhluk maka dimana perkara itu ditemukan maka ia makhluq. Syaikh Baijuri mengatakan yang benar bahwasannya iman itu makhluk karena iman itu membenarkan dengan hati ataupun membenarkan yang dibarengi ikrar dengan lisan yang mana keduanya adalah makhluk jika ada yang memandang qodim dengan hidayahnya Alloh Swt itu keluar dari hakikatnya iman dan hidayah itupun adalah sesuatu yang baru, tetapi apabila kita melihat kepada bentuknya iman itu sebab ketetapan azali maka boleh saja bila iman dikatakan qodim, Syaikh Muhammad Khlolil mengatakan dengan menuqil kepada Syaik Syamsuddin Al-Romly iman menurut kebanyakan ulama ahli tahqiq adalah pembenaran hati kepada apa yang diketahui secara otomatis apa yang dibawa dan dijelaskan oleh Rosulullah Saw dari Alloh Swt, sementara ikrar dengan lisan hanya sarat untuk menjalankan hukum-hukum dunia, ada yang mengatakan iman itu adalah ikrar dan tashdiq, ada juga yang mengatakan iman itu adalah ikrar dan perbuatan menurut pendapat-pendapat ini iman adalah makhluq karena iman itu perbuatan makhluk yang diciptakan oleh Alloh Swt, Alloh berfirman artinya : Alloh adalah yang menciptakan kalian semua dan apa yang kalian lakukan. Sedangkan pendapat Abi laith As-Samarkand pada pertanyaan iman itu makhluk atau bukan adalah jika iman itu ikrar dan hidayah, ikrar pekerjaan makhluk dan pekerjaan makhluk adalah makhluk, hidayah adalah perbuatan Alloh Swt dan perbuatan Alloh Swt adalah bukan makhluk.itu semua hanyalah kelonggaran pendapat karena hidayah Alloh Swt kepada makhluk-Nya itu menjadi sebabnya iman bukan sebagian dari iman karena yang ditannyakan itu keadaan iman bukanlah iman dan sebabnya iman. Walloohu ‘alam.

No comments: