Gantungkan harapan pada-NYA

Jangan bergantung harapan pada selain-NYA
Gantungkan Harapan Pada-NYA
Cerita Si Ayah dan Si Anak masih berlanjut.
Kali ini Si Anak sudah mulai masuk ke Sekolah Dasar.
Sekolah pun sudah berjalan, satu hari, dua hari, satu minggu, dua minggu, bulan hingga sampai tak terasa Si Anak sudah menginjak ke kelas 4 SD. Dengan kata lain Si Anak sudah menginjak usia sekita 10an. Dan mulailah pemikiran dan keinginan Si Anak bermacam-macam, mulai dari sepatu pengen yang ini itu, sampe ke alat tulis pun pengen yang sesuai dengan keinginannya.
Kemudian muncullah keinginan Si Anak pengen punya sepeda agar berangkat dan pulang sekolah tidak terlalu cape, padahal jarak antara rumah ke sekolah tidak lebih dari 200 meter. Si Ayah pun memberikan apa yang Si Anak inginkan. Beberapa hari Si Anak merasa senang karena pergi dan pulang sekolah ga harus merasa cape dan pegal2 kaki disebabkan jalan kaki. Setelah beberapa minggu,
Si Anak merasa pegal-pegal yang dikakinya semakin bertambah dibanding ketika jalan kaki. Bahkan dia merasa ga sanggup lagi pergi ke sekolah pakai sepeda, selain pegal-pegal kakinya bertambah juga badan dan seluruh tubuhnya pegal-pegal terutama bagian pantat. Akhirnya Si Anak memutuskan untuk jalan kaki seperti dulu. Kemudian Si Anak bertanya kepada Ayah tersayangnya tersebut, "Yah, Kenapa ya koq pegal-pegal di kaki aku semakin bertambah kalo pake sepeda dibanding jalan kaki, harusnya kan yang tambah sakit itu kalo jalan kaki ?".
Si Ayah hanya tersenyum mendengar pertanyaan Si Anak.
Beberapa hari kemudian Si Anak minta dibeliin sepatu yang hak dampalannya tinggi. Mungkin pikir Si Anak dia akan merasa keren memakai sepatu tersebut, serta Si Anak berfikiran kalo pake sepatu hak tinggi dia akan merasa tinggi.
Selang beberapa hari setelah Si Ayah membelikan sepatu sekolah dengan hak tinggi Si Anak cerita dan mengeluh kalo kakinya merasa sakit dan lecet-lecet.
"Yah, kakiku sakit dan lecet-lecet pake sepatu hak tinggi, mending pake sepatu yang biasa ja".
Kali ini Si Ayah tertawa. Melihat Si Ayah tertawa Si Anak merasa heran, kenapa Si Ayah malah tertawa mendengar cerita keluhannya itu. Maka bertanyalah Si Anak, "koq Ayah malah tertawa, harusnya Ayah tolongin atau apa kek".
Tertawa Si Ayah malah semakin menjadi-jadi, kemudian Si Ayah menatap sayang kepada Anaknya dan berkata : "Nak, dulu kamu ke sekolah pengen pake sepeda karena kamu berfikir kalo pake sepeda kamu tidak akan lagi merasa cape. sekarang kamu minta dibeliin sepatu sekolah yang haknya tinggi. semuanya Ayah beliin dan kasih ke kamu, kali ini kamu mengeluh karena pake sepatu hak tinggi kakimu sakit dan lecet-lecet. Ayah kasih tahu ke kamu, sebenarnya fikiranmu pake sepeda akan meringankanmu ke sekolah serta pake sepatu hak tinggi kamu akan merasa tinggi itu semuanya hanya sangkaanmu saja. Padahal sebenarnya belum tentu seperti itu. Bisa jadi sangkaanmu itu malah semakin menambah beban dan sakitmu. Nah sekarang jangan sekali-kali kamu berfikiran akan ini itu kalo keinginamu terpenuhi. Sebab itu hanya sangkaanmu saja, lakukan dan jalani apa yang mesti dilakukan dan dijalankan".
Si Anak termenung mendengar Nasihat Si Ayah, kemudian Si Anak berjanji akan melakukan yang mestinya dilakukan tanpa berfikiran ini itu lagi.

No comments: