Keimanan seseorang itu ibaratkan air laut.
Ada pasang dan surut.
Ketika air laut sedang pasang, maka pasti akan surut. Begitupun sebaliknya.
Sebagaimana halnya air laut, ada pasang dan surut.
Keimanan pun demikian, ada naik dan turun.
Keimanan akan mengalami naik dan turun.
Naik dan turunnya keimanan bukan hanya sebagai tolak ukur kualitas keistiqomahan seseorang.
Akan tetapi sebagai tanda akan ke-Maha Kuasaan-NYA.
Sebagai suatu proses penunjukkan bahwa hidup di dunia itu tidak akan pernah lepas dari 3 unsur,
yaitu unsur syariat, thoriqot dan hakikat.
Serta sebagai tanda agar manusia tetap berada dalam derajat seorang hamba.
Manusia tetaplah seorang hamba,
dimana seorang hamba tetap harus patuh dan taat terhadap majikannya.
Dan seorang hamba harus tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada majikannya.
Di dalam proses usaha tersebutlah, seorang hamba akan mengalami banyak kendala dan kesulitan.
Ada pasang dan surut.
Ketika air laut sedang pasang, maka pasti akan surut. Begitupun sebaliknya.
Sebagaimana halnya air laut, ada pasang dan surut.
Keimanan pun demikian, ada naik dan turun.
Keimanan akan mengalami naik dan turun.
Naik dan turunnya keimanan bukan hanya sebagai tolak ukur kualitas keistiqomahan seseorang.
Akan tetapi sebagai tanda akan ke-Maha Kuasaan-NYA.
Sebagai suatu proses penunjukkan bahwa hidup di dunia itu tidak akan pernah lepas dari 3 unsur,
yaitu unsur syariat, thoriqot dan hakikat.
Serta sebagai tanda agar manusia tetap berada dalam derajat seorang hamba.
Manusia tetaplah seorang hamba,
dimana seorang hamba tetap harus patuh dan taat terhadap majikannya.
Dan seorang hamba harus tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada majikannya.
Di dalam proses usaha tersebutlah, seorang hamba akan mengalami banyak kendala dan kesulitan.
No comments:
Post a Comment